Anak suka main game di zaman sekarang sudah menjadi fenomena yang banyak terjadi dan menjadi keresahan orang tua. Tentu saja berjam-jam di depan hp main game tiada henti hingga lupa waktu adalah hal yang tidak baik.
Tetapi disini saya menulis artikel berbagi pengalaman diri saya sendiri dan di lingkungan teman-teman yang suka main game. Melihat dari sisi positif dan bagaimana cara agar anak yang suka main game bisa diarahkan ke suatu hal yang lebih baik.
Orang tua harus berpikir bijak, dan mengarahkan anak tanpa harus memaksa sampai anak tertekan mental. Tetapi si anak juga harus tahu aturan kapan bermain dan kapan belajar.
Menjadikan Hal Positif pada Anak yang Suka Main Game
Pengalaman saya dan teman-teman pernah menjadi anak yang suka main game tidak berdampak buruk jika diimbangi dengan kebijakan orang tua dan lingkungan yang tepat
Saya kecanduan main game hingga dewasa
Tahun 2000 - 2009
Sejak saya masih SD sepulang sekolah biasanya akan main playstation atau sekedar nonton teman yang sedang bermain dari jam 2 siang hingga sore.
Jaman itu permainan anak-anak masih banyak bukan hanya playstation, tetapi juga sepak bola, bermain kelereng, bermain layangan, bersepeda dll.
Apalagi di waktu libur seperti hari minggu atau tanggal merah, dari pagi hingga sore saya bermain apapun layaknya anak-anak bermain. Bagi saya yang masih kecil bermain itu sudah menjadi rutinitas yang membuat seorang anak bahagia.
Hingga di jaman SMP SMA dimasukkan ke pondok yang ketat saya masih mencuri-curi waktu pergi ke sewa playstation, dan begitu juga teman-teman lainnya.
Th 2009-2014
Diterima kuliah di Universitas Gadjah Mada, meskipun hobi main game saya juga punya kebiasaan untuk belajar.
Bahkan di waktu SMP dan SMA hampir semua cowok yang pandai di kelas anehnya mereka juga suka main game.
Jaman itu masih game playstation belum ada hp seperti sekarang, di rumahnya punya playstation yang rata-rata hadiah orang tua karena mendapatkan ranking di kelas, di jaman itu.
2010 saya kecanduan gema Dota yaitu game moba yang ada di laptop. Karena sudah ngekos sendiri, tidak ada yang memantau, setiap hari saya bisa main game dari malam hingga pagi.
Hingga saya bekerja di Jakarta, bekerja dari jam 8 dan sampai kos jam 8 malam saya masih sempat main game Dota 2 dan di saat weekend sabtu minggu.
Tidak ada yang bermasalah, karena ketika dewasa saya bisa mengatur waktu, kapan bekerja, kapan beribadah dan kapan main game.
Jadi dari pengalaman saya diatas, mungkin sudah cukup lumayan bisa berbagai bagaimana menyikapi tentang anak yang suka main Game
Wajib belajar 1-2 jam di rumah
Dulu saat SD saya selalu pulang sekolah jam 12. Selain di sekolah, di rumah oleh orang tua diwajibkan belajar 1-2 jam di malam hari, dan setengah jam setelah subuh.
Malam biasanya saya masih bisa menonton tv, asal tetap belajar minimal 1 jam. Orang tua harus memastikan saya belajar, PR sudah selesai dengan baik dan paham materi di sekolah.
Orang tua selalu memantau sampai mana pemahaman saya di sekolah agar menjadi anak yang pandai, jika ada yang kurang akan diajari di jam belajar hingga paham.
Jika saya tidak mau belajar maka saya akan dihukum, tidak boleh bermain sama sekali. Selama saya menjalankan kewajiban belajar dan paham materi, mau bermain apa saja diperbolehkan termasuk hobi main playstation, bahkan saya diberi hadiah uang untuk bermain.
Orang tua saya dulu memastikan saya sebagai anak juga bisa mengatur waktu untuk belajar, tetapi juga mendapat hak waktu banyak bermain.
Game hp juga termasuk sarana bermain
Apakah sering bermain game hp itu buruk?
Bagi saya tidak ada bedanya dengan permainan lain, sama-sama "media bermain" yang pasti disukai anak-anak. Ada sarana bermain di lapangan, ada game di hp, dan ada di komputer atau laptop.
Mungkin banyak orang tua menganggap hal negatif, melarang anak bermain game dan khawatir. Padahal anak akan semakin tertekan jika tidak bermain.
Dari pengalaman pribadi bagaimana orang tua memberikan kebijakan dan ketegasan kepada anak.
Anak harus di tegasi dan dimarahi agar:
- Tertib menjalankan sholat 5 waktu
- Belajar
- Tidur teratur